“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang dipenuhi harta kekayaan, dia pasti menginginkan lembah yang ketiga” (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Hadits diatas menunjukan betapa manusia
tiada memiliki rasa puas, bener gak? mari duduk manis sambil ngabuburit
dan dengerin cerita saya
kemarin saya bertemu dengan seorang sahabat saya, seorang perempuan
cantik, meskipun dia kini bukan lagi photo model, tapi cantiknya tak
pudar, muda, S2 lulusan luar negeri bergelar LLM, senyumnya manis, kalau
cuma dibandingkan dengan senyum manisnya Dian Sastro aja sih kalah
Dian, hehehe bener ! sahabat saya yang satu ini memang cantik, dimata saya perempuan ini tanpa cela
Setelah mengisi jam demi jam dengan cerita masa lalu, berselingan dengan tawa renyah, tiba tiba sahabat saya ini bilang “De, dulu kita bahagia yah walaupun kita gak punya apa apa” wak waw, ada apa nih dalam hati saya “bukannya elo udah punya segalanya sist” dan jawabannya membuat saya tertegun “hidup gue hampa, kosong, gak tahu bahagia itu kaya apa De”
waduh !! kalau menyimak caranya becanda dan peningkatan signifikan
pada taraf kemakmurannya, rasanya saya tidak percaya dia tidak bahagia,
semua terlihat baik-baik saja
Lalu bisa ditebak, saya bengong dan merenung, apa sebenarnya yang ia cari di dunia ini? sejak lepas subuh hingga jelang maghrib, bahkan lebih banyak lagi yang membutuhkan waktu lebih hingga jauh melewati isya ia masih bekerja, sungguh waktu ibadah semakin sempit, mungkin ini yang membuat hidupnya hampa, ketika manusia tak tahu apa yang dicari, mereka kehilangan ALLAH !! ketika mereka mencari yang hilang tapi tak tahu apa yang hilang, ia kehilangan ALLAHKisah klasik para pencari dunia adalah hampa, kosong !!Renungan ini menampar saya, lalu dalam barisan manakah saya berada? alih-alih berada di barisan “Para Pencari Tuhan” (kaya judul buku saya yang bagus itu yah?), atau seperti sebagian besar dari kita, bahkan hampir semua dari kita bergegap gempita dalam barisan “Para Pencari Dunia”Saya tidak malu mengakui-nya, malu mengaku mencintai ALLAH tapi dunia yang saya uber, hari demi hari berlalu, dan kesibukan memburu rizki duniawi itu seolah tidak berjeda.Lalu apa yang saya dapat?
Saya mencoba merekam perjalan hidup saya,
di masa lalu begitu banyak hal-hal sepele yang mampu menghadirkan
kebahagiaan tak terkira, bisa merasakan bahagianya berenang-renang di
sungai yang airnya berkilau jernih? Sekarang diantara banyak yang
rumahnya ada kolam renang, tapi kebahagiaan mandi di sungai orang-orang
dusun itu nggak kalah seru nya dengan orang kaya yang mandi di kolam
renangnya sendiri, bahkan kolam renang lebih sering gak kepakenya tuh,
pajangan saja
Bahkan banyak orang kaya yang
langit-langit rumahnya dicat seperti awan beneran, namun kebahagiaan
yang sesungguhnya bukan langit buatan, bukan sungai buatan, bahagia
justru saat awan itu benar-benar awan, orang kaya punya langit di
rumahnya, orang dusun punya langit beneran yang luasnya masya ALLAH
Hal-hal “sepele” ini justru yang membuat
saya bahagia, masih mampu membuat hati saya bahagia? bukan perubahan
karir, kedudukan, taraf ekonomi, pergaulan, pacar ganteng, dan semua
yang yang dimiliki sahabat saya, bukan.. bukan itu
“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang dipenuhi harta kekayaan, dia pasti menginginkan lembah yang ketiga” (HR Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
Mengapa tidak berbatas? Sebab keserakahan
itu adiktif. Sedangkan ciri khas kecanduan adalah kebutuhan akan dosis
yang lebih besar lagi, lagi, lagi… inilah dunia, kalau kita sudah
terbiasa menyantap hutan, gunung, dan meminum samudera raya. Jangan
harap bisa terpuaskan oleh sepotong cakar ayam dan segelas teh jahe
hangat dalam suasana egaliter
Selamat Menjalankan Ibadah Ramadhan, selamat menjadi tamu ALLAH http://www.facebook.com/Lentera.Hati.MotivationMakanya, ALLAH mewajibkan kita menjalani simulasi perang melawan keserakahan. Di bulan ramadhan ini, kita merasakan kembali kelaparan sepanjang hari dan betapa nikmat makanan paling sederhana kala berbuka puasa walau dengan sebiji kurma. Kita diingatkan pada kodrat kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar